Zinedine Zidane: Maestro Lapangan Hijau dan Pinggir Lapangan

Di sebuah lingkungan sederhana di La Castellane, Marseille, seorang anak kecil bernama Zinedine Zidane biasa bermain sepak bola di jalanan. Tak ada yang menyangka bahwa bocah keturunan imigran Aljazair ini kelak akan menjadi maestro lapangan hijau, seorang legenda yang dihormati dan dikenang sepanjang masa. Kisah Zidane bukan hanya tentang trofi dan gol, tetapi juga tentang perjalanan, momen ajaib, dan kejeniusan yang mengubah permainan.


Awal yang Sederhana di Cannes

Pada tahun 1989, Zidane memulai langkah pertamanya dalam sepak bola profesional bersama AS Cannes. Masih remaja, Zidane menunjukkan kemampuan yang jarang dimiliki pemain seusianya: sentuhan bola halus, visi permainan luar biasa, dan ketenangan yang memikat.

  • Momen Bersejarah: Suatu hari, saat Zidane mencetak gol pertamanya untuk Cannes, pelatihnya memberikan hadiah berupa mobil kecil. “Itu momen yang takkan pernah saya lupakan,” kata Zidane kemudian. Dari sini, mimpi besar mulai tumbuh.

Cahaya di Bordeaux

Pada 1992, Zidane bergabung dengan Bordeaux. Di sinilah ia mulai menarik perhatian dunia sepak bola. Kemampuannya merancang serangan dan mencetak gol-gol indah membuatnya menjadi bintang tim.

  • Panggung Eropa: Zidane membantu Bordeaux mencapai final Piala UEFA 1995–1996. Meski kalah dari Bayern Munich, Zidane memukau dengan gaya bermainnya yang anggun, membuat klub-klub besar mulai meliriknya.

Perjalanan Zinedine Zidane Menuju Takhta di Juventus

Pada musim panas 1996, Zidane mengambil langkah besar dalam karirnya dengan bergabung ke Juventus. Di klub raksasa Italia ini, Zidane menjelma menjadi pemain kelas dunia. Di bawah asuhan Marcello Lippi, ia menguasai Serie A, liga yang dikenal sulit bagi pemain kreatif seperti dirinya.

  • Kejayaan Serie A: Zidane membawa Juventus memenangkan dua gelar Serie A berturut-turut (1996–1997 dan 1997–1998).
  • Final Liga Champions: Zidane membawa Juventus ke dua final Liga Champions, meskipun nasib kurang berpihak dengan kekalahan dari Borussia Dortmund (1997) dan Real Madrid (1998).
  • Momen Magis: Di Juventus, Zidane sering menciptakan sihir di lapangan. Salah satunya adalah ketika ia mencetak gol indah dari tendangan bebas melawan Roma, sebuah contoh keahliannya yang memukau.

Menjadi Raja di Madrid

Pada tahun 2001, Zidane mencetak rekor transfer dunia saat bergabung dengan Real Madrid dengan harga €77,5 juta. Di Bernabéu, Zidane menjadi bagian dari “Galacticos,” tim penuh bintang yang dirancang untuk mendominasi dunia sepak bola.

  • Gol Ikonik: Final Liga Champions 2002 melawan Bayer Leverkusen adalah panggung Zidane. Ketika skor masih imbang, Zidane menerima umpan silang dari Roberto Carlos dan melepaskan tendangan voli kaki kiri yang masuk ke gawang. Gol tersebut tak hanya memenangkan Real Madrid gelar Liga Champions ke-9, tetapi juga menjadi salah satu gol terindah sepanjang sejarah sepak bola.
  • Gelar Domestik: Zidane membantu Real Madrid meraih gelar La Liga pada 2002–2003 dan sejumlah trofi lainnya, termasuk Supercopa de España, Piala Super UEFA, dan Piala Interkontinental.
  • Momen Terakhir: Pada 2006, Zidane memainkan pertandingan terakhirnya bersama Madrid, meninggalkan lapangan dengan tepuk tangan meriah dari penggemar Bernabéu yang menganggapnya sebagai legenda sejati.

Zinedine ZIdane Pahlawan Nasional untuk Prancis

Zidane adalah simbol kebanggaan Prancis. Dengan jersey biru Les Bleus, ia mengukir sejarah di panggung dunia.

  • Piala Dunia 1998: Di final melawan Brasil, Zidane mencetak dua gol sundulan yang membawa Prancis menang 3-0 dan meraih gelar Piala Dunia pertama mereka. Stadion Stade de France bergemuruh dengan nyanyian “Zizou! Zizou!”
  • Euro 2000: Zidane kembali bersinar dengan membawa Prancis menjuarai turnamen. Gol tendangan bebasnya melawan Spanyol dan penalti penentu melawan Portugal di semifinal menjadi sorotan.
  • Piala Dunia 2006: Zidane, yang telah memutuskan pensiun, kembali untuk memimpin Prancis. Di turnamen ini, Zidane menunjukkan kelasnya, terutama saat mencetak gol penalti “Panenka” melawan Italia di final. Sayangnya, insiden kartu merah setelah menanduk Marco Materazzi menutup karirnya di tim nasional dengan kontroversi. Meski begitu, ia tetap dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Turnamen.

Maestro di Pinggir Lapangan

Setelah pensiun sebagai pemain, Zidane tidak benar-benar meninggalkan sepak bola. Ia kembali ke Real Madrid sebagai pelatih pada 2016 dan membawa klub itu ke puncak kejayaan baru.

  • Revolusi Zidane: Zidane menciptakan harmoni di tim penuh bintang, sebuah tugas yang sulit bagi banyak pelatih.
  • Tiga Gelar Liga Champions Berturut-turut: Di bawah Zidane, Real Madrid mencatatkan sejarah dengan memenangkan Liga Champions pada 2016, 2017, dan 2018. Zidane menjadi pelatih pertama yang memenangkan trofi ini tiga kali berturut-turut di era modern.
  • Gelar Lainnya: Ia juga memenangkan dua gelar La Liga (2016–2017 dan 2019–2020), dua Piala Super Spanyol, dua Piala Dunia Antarklub, dan dua Piala Super UEFA.
  • Pendekatan Unik: Zidane dikenal sebagai pelatih yang tenang, mengandalkan komunikasi personal untuk memotivasi pemain. Ia sering mengatakan, “Saya ingin pemain saya merasa penting, karena sepak bola adalah tentang tim.”

Warisan Zinedine Zidane

Zinedine Zidane bukan sekadar pemain dan pelatih, tetapi simbol keanggunan dalam sepak bola. Dari gol voli di final Liga Champions hingga momen bersejarah di Stade de France, setiap langkah Zidane meninggalkan jejak yang tak terlupakan. Sebagai pemain, ia memukau dunia dengan tekniknya. Sebagai pelatih, ia menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa.

Kisah Zidane adalah pengingat bahwa kejeniusan sejati tidak hanya terlihat dari apa yang dilakukan di lapangan, tetapi juga bagaimana seorang legenda membawa dirinya, bahkan setelah peluit akhir berbunyi. Dalam setiap gerakan Zidane, ada seni. Dan dalam setiap seni, ada warisan yang tak lekang oleh waktu.

Leave a Reply